Woensdag 06 Maart 2013

Qana'ah

Sikap qana’ah didefinisikan sebagai sikap merasa cukup, ridha atau puas atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT  Qana’ah ialah kepuasan hati dengan rezeki yang ditentukan Allah.
Qana’ah itu mengandung lima perkara:

  1. Menerima dengan rela akan apa yang ada.
  2. Memohonkan kepada Allah tambahan yang pantas, dan berusaha.
  3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah.
  4. Bertawakal kepada Allah.
  5. Tidak tertarik oleh tipu dunia
Cinta pada dunia dan ingin hidup dalam kemewahan,  adalah salah satu penyebab yang bisa mengakibatkan hidup menjadi tidak tentram. Orang-orang yang cinta dunia akan selalu terdorong untuk memburu segala keinginannya meski harus menggunakan cara yang licik, curang, dengan  berbohong, korupsi, dan sebagainya. Semua itu karena orang yang cinta dunia  tidak pernah menyadari, sesungguhnya harta hanyalah ujian.  Hingga  ia  tidak pernah merasa cukup dengan apa yang sudah dimilikinya dan masih selalu ingin menambahnya lagi, ini adalah sikap yang sangat jauh dari rasa syukur kepada Allah SWT.
Qana’ah bukanlah berarti  hilang semangat untuk berkerja lebih keras demi menambah rezeki. Malah, ia bertujuan supaya kita sentiasa bersyukur dengan rezeki yang dikurniakan Allah.  Karena sikap qana’ah tidak berarti fatalis  menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang-orang qana’ah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun semua itu bukan untuk menumpuk kekayaan
Nabi Muhammad SAW  telah mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap terhadap harta, yaitu menyikapi harta dengan sikap qana’ah (kepuasan dan kerelaan). Sikap qana’ah ini harus dimiliki oleh orang yang kaya maupun orang yang miskin adapun wujud qana’ah yaitu merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak tamak terhadap apa yang dimiliki manusia, tidak iri melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus mencari harta benda dengan menghalalkan segala cara, sehingga dengan semua itu akan membuat orang merasa puas dan tidak mencari melebihi apa yang dibutuhkan, dan mencegah orang dari menurutkan hawa nafsu yang tidak pernah puas.
Rasulullah SAW telah mengajarkan  kita semua agar qana’ah, berikut beberapa hadits nya :
Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini:  “Tidaklah kekayaan itu dengan banyak harta, tetapi sesungguhnya kekayaan itu ialah kekayaan jiwa.”  (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW bersabda:   “Jadilah kamu seorang yang wara’, nanti kamu akan menjadi sebaik-baik hamba Allah, jadilah kamu seorang qana’ah, nanti kamu akan menjadi orang yang paling bersyukur kepada Allah, sedikitkanlah tertawa karena banyak tertawa itu mematikan hati.” (Hadis riwayat al-Baihaqi)
Dari Abu Muhammad yaitu Fadhalah bin Ubaid al-Anshari r.a. bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “beruntunglah kehidupan seseorang yang telah dikaruniai petunjuk untuk memasuki Agama Islam, sedang kehidupannya berada dalam keadaan cukup dan ia bersifat qana’ah (menerima).” (Hadis Hasan Shahih di sisi Imam Tirmidzi) .
Tentang sikap qana’ah, Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyampaikan hadits dalam Shahih Muslim dan yang lainnya, dari Amr bin Al-Ash r.a Rasulullah SAW bersabda:  “Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rezeki yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawy)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr r.a.:
Bahwa Rasulullah SAW  bersabda: Sesungguhnya beruntung orang yang sudah masuk Islam, yang rezekinya mencukupi (dan tidak berlebihan) dan yang Allah menjadikannya qana’ah dengan apa diberikan kepadanya. (Muslim)
Dari Hakim bin Hizam r.a. berkata:
Bahwa Nabi SAW. bersabda: Tangan di atas adalah lebih baik dari tangan di bawah. Hendaklah kamu muliakan dengan orang-orang yang di bawah tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah ialah dari harta yang lebih (yang kamu atau orang di bawah tanggunganmu tidak memerlukannya). Barangsiapa yang menjaga kehormatan dengan tidak meminta-minta maka Allah akan memelihara kehormatannya. Barangsiapa yang tidak bergantung harap kepada manusia, maka Allah akan mencukupkan keperluannya. (Bukhari dan Muslim]
Ketahuilah sesungguhnya di dalam qana’ah, itu ada kemuliaan dan ketentraman hati karena sudah merasa tercukupi, ada kesabaran serta keridhaan terhadap pembagian rezeki yang telah diatur-Nya. Dan semua itu akan mendatangkan pahala di akhirat. Dan sesungguhnya dalam kerakusan dan ketamakan itu ada kehinaan dan kesusahan karena dia tidak pernah merasa puas dan cukup terhadap pemberian Allah.
Dalam kehidupan kita di dunia, sebaiknya kita melihat orang yang di bawah kita, dan dalam masalah kehidupan akhirat kita melihat orang yang di atas kita.
 Hal ini sebagaimana telah ditegaskan Rasulullah SAW dalam hadits sebagai berikut: “Lihatlah orang yang dibawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.” (Diriwayatkan Muslim dan At-Tirmidzy)
Kekayaan bukanlah segalanya. kekayaan harta bukanlah kekayaan yang hakiki. kekayaan yang hakiki adalah saat jiwa (hati) kita penuh dengan hidayah Allah SWT.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW bersabda: “Bukannya yang dinamakan kaya itu karena banyaknya harta tetapi yang dinamakan kaya (yang sebenarnya) ialah kayanya jiwa.”   (Muttafaqu ‘alaih)
Allah SWT berfirman mengenai sifat dasar manusia dalam surat Al Imran ayat 14:  “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.
Ayat diatas menerangkan bahwa fitrahnya manusia mencintai harta dan apa-apa yang diingini. Dan dalam hadistnya Rasulullah  SAW bersabda
Jika seorang anak Adam memiliki emas sebanyak dua lembah sekalipun maka dia akan (berusaha) mencari lembah yang ketiga. Perut anak Adam tidak akan pernah  puas sehingga dipenuhi dengan tanah. (Riwayat Bukhari).
Karena itulah qana’ah sangat diperlukan untuk mengatasi sifat dasar manusia yang tidak pernah cukup atas apa yang sudah dimiliki.
Allah SWT telah menciptakan dunia, untuk menguji siapa diantara hambanya yang terbaik amalnya, hal ini telah disebutkan dalam firman-Nya di surat Al Mulk ayat 2:  “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Adapun makna ayat ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Katsier dalam tafsirnya bahwa “Allah telah menciptakan seluruh makhluk ini dari ketiadaan, untuk menguji jin dan manusia, siapakah diantara mereka yang paling baik amalnya.”
Siapapun yang ingin meraih ketenangan jiwa, kedamaian hati, maka qana’ah adalah jalannya. Karena sesungguhnya, ketenangan hati ada dalam sedikitnya keinginan.  Bila kita ingin meraih ketenangan hidup, marilah kita qana’ah terhadap pemberian dan pengaturan-Nya.

Akhlak Karimah

Akhlakul Karimah Rasulullah

Akhlak adalah tingkah laku makhluk yang diridhai Allah SWT, maka akhlak adalah bentuk perilaku makhluk dalam berhubungan baik kepada khaliknya atau kepada sesama. Sesungguhnya semua akhlak telah dituliskan dalam Al Qur’an dan Hadist baik yang terpuji maupun  tercela. Semuanya telah tertulis jelas di Qur’an dan Hadist dan semuanya mempunyai balasan tersendiri. Tinggal manusianya sendiri yang menjalankan dan mempertanggung jawabkannya nanti di hari akhir. Rasulullah pun berperilaku sesuai Qur’an dan Hadist. Karena sifatnya itu beliau dijuluki Akhlakul karimah yakni akhlak yang mulia. Hal ini digambarkan oleh al-Quran surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah.”
Akhlakul karimah yang patut kita puji dan tiru antara lain :
  1. Sifat yang wajib bagi rasul seperti siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur, dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw.
  2. Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
  3. kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar terpenting
  4. Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
  5. kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan.
  6. tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin.
  7. visioner futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah seorang pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable).
  8. menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah personifikasi dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya.
Akhlak Rasul yang seperti ini patutlah kita tiru dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasul sangat mencintai Allah dan Allah lebih mencintai beliau karena sesungguhnya siapa yang mencintai Allah maka Allah lebih mencintainya. Dan apabila orang yang dekat kepada Allah, Allah selalu memudahkan segala urusannya. Allah Maha Pemberi apa yang dibutuhkan semua umatNya. Allah tidak pernah merasa rugi apabila Ia memberi kepada umatNya meskipun umatNya tidak pernah mengingatnya ataupun bersyukur terhadapNya. Allah Maha Pemberi Maaf bagi umatNya yang mau berubah.

Akhlak Madzmumah

A. Ananiah
1. Pengertian Ananiah
Kata ananiah berasal dari bahasa Arab ana yang berarti saya atau aku, kemudian mendapat tambahan kata iyah. Ananiah berarti ’keakuan’. Sifat ananiah biasa disebut egois, yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain.egois merupakan sifat tercela yang dibenci oleh Allah swt. dan manusia karena cenderung berbuat sesuatu yang dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Orang yang egois biasanya membangga-banggakan diri sendiri, mengganggap orang lain hina dan rendah. Padahal Allah swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Firman Allah swt :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” (QS. An Nisa : 36 )
Contoh Ananiah; suka membanggakan diri sendiri, merasa diri paling benar, menganggap orang lain salah.
2. Menghindari Prilaku Ananiah
Untuk dapat menghindari perilaku ananiah bukanlah suatu hal yang mudah karena setiap manusia pasti memiliki sikap egoistis. Hal-hal yang harus dilakukan agar terhindar dari perilaku ananiah sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa perbuatan ananiah dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
b. Menyadari bahwa perilaku ananiah apabila dibiarkan akan mengarah pada sikap takabur yang dibenci Allah swt
c. Menghindari bahwa manusia diciptakan sama dan mempunyai hak yang sama.
d. Membiasakan diri untuk bersedekah dan beramal saleh
e. Menekan hawa nafsu dan memupuk sikap tenggang rasa.
3. Akibat buruk dari sifat ananiah atau egois antara lain :
a. jauh dari pertolongan dan rahmat Allah, sebab orang yang egois tidak suka menolong orang lain.
b.Menumbuh suburkan sifat rakus, tamak, dan sombong.
c.Menimbulkan kebencian dan permusuhan , sehingga merugikan diri sendiri.
B. Gadab
1. Pengertian Gadab
Gadab (marah) secara bahasa artinya keras, kasar, dan padat. Orang yang marah (pemarah) di sebut gadib. Gadab merupakan antonim(lawan kata)dari rida dan hilm(murah hati). Secara istilah, gadab berarti sikap seseorang yang mudah marah karena tidak senang terhadap perlakuan atau perbuatan orang lain. Amarah selalu mendorong manusia bertingkah laku buruk atau jahat. Seorang pemarah tergolong lemah imannya karena berpandangan picik dan tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya. Sebaliknya, jika seorang berpandangan luas dan dapat mengendalikan hawa nafsunya, maka ia akan bersikap arif atau bijaksana dalam menyelesaikan setiap masalah.
Orang mukmin yang baik selalu bersedia memaafkan kesalahan saudaranya, baik yang diminta ataupun tidak,karena hanya mengharapkan keridaan Allah swt.
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” ( QS. Ali Imran : 134 )
Contoh Ghadab; marah tanpa sebab, mudah tersinggung, tidak bisa mengendalikan diri.
2. Menghindari Perilaku Gadab
Adapun untuk menghindari perilaku gadab diantaranya:
a. Senantiasa membaca istigfar sambil menarik napas panjang.
b. Meninggalkan factor-faktor yang menyebabkan timbulnya marah.
c. Menyadari bahwa perilaku amarah sangat dibenci Allah swt. dan manusia
d. Berusaha belajar memiliki sikap lapang dada dan mudah memaafkan orang lain.
3. Akibat buruk sifat ghadab atau pemarah antara lain :
a. Dibenci Allah, Rasul-Nya, dan manusia.
b. Dapat merusak iman seseorang.
c. Menimbulkan dendam dan sakit hati.
d..Menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan , sehingga merusak persahabatan dan persaudaraan.
C. Hasad
1. Pengertian Hasad
Hasad (dengki) secara bahasa berarti menaruh perasaan benci, tidak suka karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Secara istilah ialah usaha seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya tidak senang terhadap orang yang memperoleh keberuntungan atau karunia dari Allah swt. Hasad biasanya timbul karena adanya permusuhan dan atau persaingan untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan penyakit rohani yang sangat berbahaya, karena harus dijauhi. Apabila dibiarkan ,akan dapat merusak dan menghilangkan semua amal kebaikan seseorang.
Rasulullah saw. bersabda :
Artinya : “jauhkanlah dirimu dari sifat hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan , ibarat api yang membakar kayu.” (HR. Abu Daud )
Contoh Hasad; mencemarkan nama baik orang lain, menjelek-jelekan orang lain karena iri, dan suka memusuhi orang lain.
2. Menghindari Perilaku Hasad
Cara menghindari perilaku hasad antara lain :
a. Berusaha untuk mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah swt.
b. Menyadari bahwa perilaku hasad sangat berbahaya dan harus dijauhi
c. Menyadari bahwa perilaku hasad dapat menghapus segala kebaikan yang dilakukan
d. Berpikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita.
e. Tetap percaya diri dan optimis dengan kekurangan yang kita miliki.
D. Gibah
1. Pengertian Gibah
Secara bahasa, gibah(menggunjing) ialah membicarakan keburukan (keaiban)orang lain. Secara istilah berarti membicarakan kejelekan dan kekurangan orang lain dengan maksud mencari kesalahan-kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlaq ataupun bentuk lahiriyahnya. Gibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun bias terjadi dengan tulisan atau gerakan tubuh. Apabila hal ini berhuibungan dengan agama seseorang ia akan mengatakan bahwa ia pembohong, fasik ,munafik dan lain-lain.
Allah swt melarang keras perilaku gibah tersebut dan menyeru untuk menjauhinya, karena gibah digambarkan dengan sesuatu yang amat kotor dan menjijikan .firman Allah swt:
Artinya : “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya..”( QS. Al Hujurat : 12 )
Contoh Gibah; mengumpat dan suka membeberkan kesalahan orang lain
2. Menghindari Perilaku Gibah
Cara menghindari dari perilaku tercela antara lain :
a. Selalu mengingat bahwa perbuatan gibah ialah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah swt.
b. Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang yang digunjingkannya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi factor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya gibah
e. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan gibah
E. Namimah
1. Pengertian Namimah
Secara bahasa, namimah berarti mengadu domba. Secara istilah, namimah berarti mengadu domba atau menyabar fitnah antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan agar saling bermusuhan. Namimah termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana larangan Allah swt. dalam Al Qur’an :
Artinya : ‘ Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi gina, yang banyak mencela yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang aku kasar selain dari itu yang terkenal kejahatannya.: (QS> Al Qalam 10 – 14 )
Contoh Namimah; bermuka dua, suka mengadu domba orang lain.
2. Menghindari perilaku namimah
Di antara cara menghindari perilaku namimah ialah antara lain:
a. Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun rajin beribdah.
b. Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negative tentang orang lain
c. Menhindari factor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah, seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip dan lain-lain. Ananiyah berasal dari kata ana artinya ‘aku’, Ananiyah berarti ‘keakuan’. Sifat ananiyah ini biasa disebut egoistis yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Sikap ini adalah sikap hidup yang tercela, karena cenderung berbuat yang dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari penyakit mental ini dapat diketahui dari sikapnya yang selalu mementingkan dan mengutamakan kepentingan dirinya diatas segala-galanya, tanpa mengindahkan kepentingan orang lain.
Sumber : www.blog.its.ac.id
Ananiyah berasal dari kata ana artinya ‘aku’, Ananiyah berarti ‘keakuan’. Sifat ananiyah ini biasa disebut egoistis yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Sikap ini adalah sikap hidup yang tercela, karena cenderung berbuat yang dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari penyakit mental ini dapat diketahui dari sikapnya yang selalu mementingkan dan mengutamakan kepentingan dirinya diatas segala-galanya, tanpa mengindahkan kepentingan orang lain.
Apakah demi kepentingan dirinya akan mengorbankan orang lain. Hal ini tidak akan menjadi pertimbangannya.
Dampak Negatif Dari Sifat Ananiyah
Sifat Ananiyah akan melahirkan sifat Egosentris, artinya mengutamakan kepen-tingan dirinya diatas kepentingan segala-galanya. Mereka melihat hanya dengan sebelah mata bersikap dan mengambil tindakan hanya didorong oleh kehendak nafsu. Nafsulah yang menjadi kendali dan mendominasi seluruh tindaknnya. Standar kebenaranpun ditentukan oleh kepentingan dirinya. Hal semacam ini di larang.
Sumber : www.mentoring98.wordpress.com
Ghadab
GADHAB (baca: ghodhob) secara harfiah memang berarti “marah” atau “pemarah”. Maka, marah dalam pengertian ghodhob bersifat negatif. Tentu saja, sifat pemarah seperti itu dapat membakar jiwa dan menghanguskan akal. Itulah sifat pemarah yang dilarang Allah dan RasulNya.
Tentang hal ini Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata: Si Fulan marah kepada si Fulanah berilah saya wasiat. Nabi saw bersabda: Janganlah kamu marah, (kemudian) orang itu mengulangi perkataannya beberapa kali. Nabi saw bersabda: Janganlah kamu marah”. (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah).
Marah Negatif & Marah Positif
Dalam kaitan hadis di atas, berarti: “si Fulan tidak sayang kepada si Fulanah”? Tidak. Dalam konteks ini kita harus memahami motif di balik kemarahan itu. Dengan demikian kita akan tahu pasti sifat marah si Fulan kepada si Fulanah. Apakah kemarahannya masuk kategori positif atau negatif.
Sejarah menunjukkan, para utusan Allah pun pernah marah. Mereka marah saat menyaksikan umatnya tidak mengikuti norma-norma hukum syari’at yang telah ditetapkan Allah. Begitu pun para guru; mereka akan marah kepada murid-muridnya yang tidak patuh. Juga para orang tua, mereka akan marah kepada anak-anaknya yang tidak berbakti dan tidak hormat kepadanya, dst. Itulah sifat marah positif yang diperbolehkan Allah dan RasulNya.
Beda dengan amarah negatif yang bersumber dari nafsu lawwamah. Itu marah negatif. Sifat semacam itu dilarang oleh Allah dan RasulNya. Jadi, marah positif adalah marah karena Allah (ghodhobullah). Sedang marah negatif adalah marah karena syaitan (ghodhobus syaitan).
Marah Karena Allah
Marah karena Allah (ghodhobullah) berarti bahwa “tidak seseorang marah kecuali bila ia melihat kekufuran, kemaksiatan dan berbagai kejahatan lahir dan bathin. Baik muncul dari diri sendiri maupun orang lain (masyarakat)”. Sebab, bila orang marah karena melihat perbuatan keji dan munkar, maka tidak lain yang marah ialah Allah.
Sebagaimana dalam sejarah Nabi Hud as dan kaum ‘Aad. Ia marah kepada kaumnya yang tidak mau mengikuti hukum syari’at yang telah Allah tetapkan atas mereka. Juga saat kaumnya diajak menyembah Allah SWT, mereka memperolok-olokkan ajakan Nabi Hud as.
Bahkan mereka menjawab: “Apakah kamu (Hud) datang kepada kami (kaum ‘Aad) agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datangkanlah adzab kepada kami jikalau kamu temasuk orang-orang yang benar”.
Tak ayal Nabi Hud as menjawab tantangan kaumnya. Seperti terlukis dalam Al Qur’an:
“Ia (Hud) berkata :” Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa adzab dan kemarahan dari Tuhanmu….”
(QS. Al A’raaf: 71)
Sumber : www.snba1992.wordpress.com
Hasad
ada hasad yang timbul maka paksa jiwa anda untuk melawannya. Sembunyikan hasad tersebut, jangan melakukan suatu perbuatan yang menyelisihi syariat. Jangan anda sakiti orang yang anda hasadi, baik dengan ucapan ataupun perbuatan. Mohonlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar menghilangkan perasaan itu dari hati anda niscaya hal itu tidaklah memudaratkan anda. Karena jika (dalam hati) seseorang tumbuh hasad namun ia tidak melakukan apapun sebagai pelampiasan hasadnya itu maka hasad itu tidaklah memudaratkannya. Selama ia tidak melakukan tindakan, tidak menyakiti orang yang didengkinya, tidak berupaya menghilangkan nikmat dari orang yang didengkinya, dan tidak mengucapkan kata-kata yang menjatuhkan kehormatannya. Hasad/rasa dengki itu hanya disimpan dalam dadanya. Namun tentu saja orang seperti ini harus berhati-hati, jangan sampai ia mengucapkan kata-kata atau melakukan perbuatan/tindakan yang memudaratkan orang yang didengkinya.
Berkaitan dengan hasad ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“Hati-hati kalian dari sifat hasad, karena hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar.”2
Sifat hasad itu adalah sifat yang jelek dan sebenarnya menyakiti dan menyiksa pemiliknya sebelum ia menyakiti orang lain. Maka sepantasnya seorang mukmin dan mukminah berhati-hati dari hasad, dengan memohon pertolongan dan pemaafan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang mukmin harus tunduk berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala -demikian pula seorang mukminah- dengan memohon dan berharap kepada-Nya agar menghilangkan hasad tersebut dari dalam hatinya, sehingga tidak tersisa dan tidak tertinggal sedikitpun. Karena itu, kapanpun anda merasa ada hasad menjalar di hati anda, hendaklah anda paksa jiwa anda untuk menyembunyikannya dalam hati tanpa menyakiti orang yang didengki, baik dengan ucapan ataupun perbuatan. Wallahul musta’an.”
(Kitab Fatawa Nur ‘Alad Darb, hal. 131-132)
1 Hasad adalah mengangan-angankan hilangnya nikmat yang diperoleh orang lain, baik berupa nikmat agama ataupun dunia.
Sumber : www.asysyariah.com
Namimah
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kita nikmat yang banyak, kemudian shalawat beserta salam tercurahkan untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman. Pada edisi yang lalu kita telah jelaskan tentang ghibah, bahayanya dan faktor-faktor pendorong yang akan menyebabkan munculnya ghibah tersebut. Nah pada edisi kali ini kita akan membahas tentang An-Namimah, yang ia merupakan salah satu diantara penyakit lidah yang menyebabkan kerusakan dan kehancuran, baik rumah tangga, masyarakat dan negara
Pengertian An-Namimah (menebar fitnah) Namimah adalah menukilkan perkataan dua orang yang bertujuan untuk berbuat kerusakan, menimbulkan permusuhan dan kebencian kepada sesama mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Dan janganlah kamu mentaati setiap penyumpah yang hina, yang banyak mencela dan kian kemari menebar fitnah". (QS. al-Qalam: 10-11)
Contoh dari Namimah ini: ketika si A berkata kepada si B tentang si C; bahwa si C itu orangnya tamak, rakus, lalu si B tanpa tabayyun (klarifikasi) menyampaikan kepada si C perkataan si A dengan tujuan agar si C marah dan benci kepada si A, sehingga dengan demikian si B dapat dikatakan sebagai orang yang berbuat Fitnah (Namimah) yaitu sebagai penyebar fitnah.
Hukum Namimah dan dalil-dalilnya Namimah merupakan salah satu dosa besar, dan hukumnya haram karena menimbulkan dampak yang sangat buruk dan sangat merugikan.
Imam Munziri rahimahullah berkata: "Telah sepakat dan Ijma' para ulama bahwa Namimah hukumnya haram dan ia merupakan sebesar-besarnya dosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dalil dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan ini:
1. Surat Al-Qalam ayat 10-11 yang berbunyi: "Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah"
2. Allah Subhanahu wa Ta'ala mensifati mereka (orang-orang yang berbuat namimah ini) sebagai orang fasiq, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Hai orang-orang yang beriman jika datang kepada kamu orang-orang fasiq membawa berita maka hendaklah kamu melakukan tabayyun (klarifikasi terlebih dahulu) agar kamu tidak menimbulkan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu". (QS. al-Hujurat: 6)
3. Orang yang berbuat hal ini dapat dikatakan sebagai orang yang bermuka dua, dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Engkau dapati sejelek-jeleknya manusia di Hari Kiamat adalah orang yang mempunyai dua wajah, dia datang kepada mereka dengan wajah ini dan kepada orang lain dengan muka yang lain". (HR. Bukhari-Muslim)
4. Seseorang yang berjalan kesana-kemari menyebarkan fitnah, maka kelak Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengazabnya di dalam kubur, hal ini sebagaimana yang dikhabarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Sesungguhnya keduanya pasti akan mendapat azab, tidaklah mereka mendapatkan azab disebabkan karena melakukan perkara-perkara besar, adapun salah satu dari keduanya adalah dia tidak bersuci dari kencing, sedangkan yang lainnya adalah dia berjalan kesana-kemari menyebarkan fitnah kepada manusia". (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, begitu besar bahayanya perbuatan ini dan besarnya azab Allah Subhanahu wa Ta'ala dan celaan pada pelakunya, maka hendaklah seorang muslim berhati-hati dan waspada dari sifat-sifat ini dan menjauhkan diri dari sifat tercela ini.
Sebab-sebab yang mengantarkan seorang melakukan Namimah :
1. Karena kejahilan terhadap bahaya yang ditimbulkannya, atau dalam kata lain tidak mengerti ilmu Syar'i, sehingga dengan seenaknya tanpa merasa berdosa ia mau melakukan hal tersebut.
2. Disebabkan hasad atau iri dan dengki yang akan menyebabkan seseorang mencari jalan untuk menyebarkan fitnah.
3. Hati yang kotor jauh dari bimbingan Syariat, sehingga tidak tampak baginya kebenaran. Ia merasa puas kalau sekiranya orang lain saling bermusuhan, saling membenci. Oleh karena itu, bagi orang yang kotor dan sakit hatinya maka namimah merupakan suatu jalan baginya untuk mengotori hatinya.
4. Karena berteman dengan orang-orang yang suka berbuat namimah, sehingga menyebabkan dia terdorong dan terpancing untuk melakukan namimah tersebut.
Obat dari penyakit Namimah
1. Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena itu orang yang ikhlas dalam beribadah sulit tergoyahkan dan mempunyai pendirian, sehingga dia berfikir seribu kali sebelum berbuat.
2. Mengenal hakekat Namimah, dampaknya dan jalan keluarnya. Semua ini tentu dengan belajar dan menuntut ilmu syar'i, hadir di majlis-majlis ilmu, karena dengan hadirnya seseorang di majlis-majlis ilmu, maka akan membuat hatinya bersih dan hilangnya penyakit hatinya.
3. Berteman dengan orang-orang yang Sholeh. Teman akan mempengaruhi watak seseorang, karena apabila seseorang ingin tahu seseorang lihat siapa yang menjadi teman akrabnya.
4. Selalu Muraqabah, Muraqabah adalah salah satu sifat mulia, dimana seseorang yang senantisa muraqabah kepada Allah,maka dia akan merasakan bahwa dirinya merasa diawasi Oleh Allah,karena dia tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Mendengar, tidak satupun yang luput dari pengetahuannya. Dengan sifat ini maka dia merasa takut untuk berbuat Namimah. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "...dan dia bersama kamu dimana saja kamu berada". (QS.al-Hadiid: 4)
5. Berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala supaya terhindar dari perbuatan ini, karena manusia itu lemah, maka perlu baginya untuk memohon bantuan dan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sikap seorang muslim kepada orang yang suka berbuat Namimah
1. Tidak membenarkan perkataan orang yang berbuat namimah, karena dengan membenarkannya maka jelas akan terjadi kerusakan, kebencian, permusuhan dan berbagai macam fitnah lainnya.
2. Melarangnya berbuat namimah. Dengan cara menasehatinya, janganlah kita berbuat namimah dan menyebarkannya. Dengan bersikap seperti itu berarti kita telah mencegahnya dari berbuat kerusakan, dan berarti kita telah beramal ma'ruf nahi munkar.
3. Membencinya karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena maksiyat yang dilakukannya.
4. Tidak boleh langsung berburuk sangka kepada saudaranya yang tidak ada di hadapannya, karena buruk sangka akan menjadi pemicu bagi seseorang berbuat nanimah dan meyebarkan fitnah.
5. Tidak boleh mencari-cari kesalahan atasnya, karena mencari-cari kesalahan juga menjadi pemicu munculnya berbagai macam fitnah.
6. Ketika seseorang tidak suka kepada penyebar fitnah, tentu dia tidak akan menghiraukan sehingga fitnah itu tidak terjadi.
Sumber : www.dareliman.or.id
Gibah
Ghibah ialah mempergunjingkan orang lain tentang aib lain atau sesuatu yang apabila didengar oleh orang dibicarakan dia akan benci. Dalam sebuah ayat Allah menggambarkan laksana orang memakan daging saudara yang sudah mati. Allah berfirman. .lihat al-Qur’an online di google
.Artinya :” Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”( QS. Al Hujurat : 12)
Sumber : www.hbis.wordpress.com
Salah satu perbuatan yang bisa menghapuskan pahala puasa Ramadhan adalah bergunjing (ghibah) di siang hari. Perbuatan ini berakibat dosa sekaligus menghilangkan pahala (kebaikan) dari puasa orang yang melakukannya.
Berkumpulnya beberapa orang di waktu yang kosong atau suasana santai sering kali membuka peluang untuk terjadinya pergunjingan. Biasanya objek pergunjingan sedang tidak berada di tempat tersebut, sehingga para penggunjing dengan leluasa menggunjingkannya. Bahkan chat di internet seperti Wikimuers biasa lakukan juga berpotensi menjadi sarana berghibah.
Dalil yang menyebutkan tentang ghibah
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat:12)
Ayat ini mengandung larangan berbuat ghibah atau menggunjing. Begitu pula seperti yang telah ditafsirkan pengertiannya oleh Rasulullah s.a.w., sebagaimana yang terdapat di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Abu Hurairah r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan ghibah itu?” Rasulullah menjawab, “Kamu menceritakan perihal saudaramu yang tidak disukainya.” Ditanyakan lagi, “Bagaimanakah bila keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku katakan?” Rasulullah menjawab, “Bila keadaan saudaramu itu sesuai dengan yang kamu katakan, maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terdapat apa yang kamu katakan maka kamu telah berdusta.
Ghibah yang dibolehkan
Beberapa ulama membolehkan ghibah untuk tujuan yang benar dan disyariatkan, yang tidak mungkin tujuan itu tercapai kecuali dengan ghibah tersebut. Hal ini ada dalam enam perkara :
1. Mengajukan kedzaliman yang dilakukan oleh orang lain.
Dibolehkan bagi orang yang didzalimi untuk mengajukan yang mendzaliminya kepada penguasa atau hakim dan selain keduanya dari orang-orang yang memiliki kekuasaan atau kemampuan untuk mengadili si dzalim itu. Orang yang didzalimi itu boleh mengatakan si fulan (menyebutkan namanya) itu telah mendzalimi/menganiaya diriku.
2. Meminta pertolongan untuk merubah kemungkaran dan mengembalikan orang yang berbuat dosa kepada kebenaran.
Seseorang boleh mengatakan kepada yang memiliki kekuatan yang ia harapkan bisa merubah kemungkaran: si fulan itu berbuat kejahatan ini dan itu, maka dengan demikian dia akan menasehatinya dan melarangnya berbuat jahat. Maksud ghibah disini adalah merubah kemungkaran/kejahatan, jika tidak bermaksud seperti ini maka ghibah tersebut haram.

Keutamaan Sedekah



Suatu saat ada seseorang sedang berjalan di sebuah padang yang luas tak berair, tiba-tiba dia mendengar suara dari awan (mendung), “Siramilah kebun si fulan!” Maka, awan itu menepi (menuju ke tempat yang ditunjukkan), lalu mengguyurkan airnya di tanah bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air dari saluran-saluran itu yang telah penuh dengan air. Maka, ia menelusuri (mengikuti) air itu.
Ternyata ada seorang laki-laki yang berada di kebunnya sedang mengarahkan air dengan cangkulnya. Kemudian dia bertanya, “Wahai hamba Allah, siapakah nama anda?” Dia menjawab, “Fulan”. Sebuah nama yang didengar dari awan tadi. Kemudian orang itu balik bertanya, “Mengapa anda menenyakan namaku?” Dia menjawab, “Saya mendengar suara dari awan yang ini adalah airnya, mengatakan “Siramilah kebun si fulan!” Yaitu nama anda.
Maka, apakah yang telah anda kerjakan dalam kebun ini?” Dia menjawab, Karena anda telah mengatakan hal ini, maka akan saya ceritakan bahwa saya memperhitungkan (membagi) apa yang dihasilkan oleh kebun ini; sepertiganya saya sedekahkan; sepertiganya lagi saya makan bersama keluarga dan sepertiganya lagi saya kembalikan lagi ke kebun (ditanam kembali). (Hadits Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah).
Hadits di atas adalah salah satu contoh kisah nyata dari salah satu keutamaan bersedekah, yaitu Allah SWT tidak akan mengurangi rezeki yang kita sedekahkan, dan bahkan Allah SWT akan mengganti dan melipat gandakannya.
Sedekah tidak mengurangi Rezeki
Allah SWT berfirman dalam surat Saba bahwa Allah SWT akan mengganti sedekah yang kita keluarkan:
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).’ Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (Q.S. Saba 34:39)
Secara logika, mungkin kita akan berfikir bahwa harta yang kita keluarkan untuk sedekah berarti pengurangan harta yang ada di tangan kita. Tetapi, apa kenyataannya Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa harta seseorang tidak akan berkurang karena disedekahkan:
“Ada tiga perkara yang saya bersumpah atasnya dan saya memberitahukan kepadamu semua akan suatu Hadits, maka peliharalah itu: Tidaklah harta seseorang itu akan menjadi berkurang sebab disedekahkan, tidaklah seseorang hamba dianiaya dengan suatu penganiayaan dan ia bersabar dalam menderitanya, melainkan Allah menambahkan kemuliaan padanya, juga tidaklah seseorang hamba itu membuka pintu permintaan, melainkan Allah membuka untuknya pintu kemiskinan.” (H.R. Tirmidzi, dari Abu Kabsyah, yaitu Umar bin Sa’ad al-Anmari r.a.)
Sedekah membuka pintu rezeki
Rasulullah SAW pernah bersabda “Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah.” (HR. Al-Baihaqi)
Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah Tabaraka wataala berfirman: “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (H.R. Muslim)
Dalam hadits lain yang dinarasikan oleh Abu Hurairah r.a., Nabi SAW pernah bersabda: “Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba melainkan di sana ada dua malaikat yang turun, sala satunya berkata: “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang-orang yang berinfaq.” Sedangkan (malaikat) yang lainnya berkata: “Ya Allah berikanlah kehancuran kepada orang-orang yang menahan (hartanya).” (H.R. Bukhari – Muslim)
Ada satu kisah pada zaman Nabi SAW yang mana seseorang yang banyak hutang berdiam di masjid di saat orang-orang bekerja. Ketika ditanya oleh Nabi SAW, orang tersebut menjawab bahwa ia sedang banyak hutang. Yang menarik adalah Nabi SAW mengajarkan beliau sebuah doa, yang mana doa tersebut tidak menyebut sama sekali “Bukakanlah pintu rezeki” atau “Perbanyaklah rezeki saya sehingga bisa membayar hutang.”
Tetapi doa yang diajarkan oleh Nabi SAW adalah meminta perlindungan dari rasa malas dan bakhil (pelit). Hadits-hadits di atas menjelaskan tentang doa ini, bahwa ketidakpelitan seseorang untuk bersedekah membuka pintu rezeki orang tersebut.
Doa tersebut adalah: “Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu daripada kegundahan dan kesedihan, daripada kelemahan dan kemalasan, daripada sifat pengecut dan bakhil (pelit), daripada kesempitan hutang dan penindasan orang.”
Sedekah melipat gandakan rezeki
Bukan saja sedekah membuka pintu rezeki seseorang, tetapi bahkan bersedekah juga melipat-gandakan rezeki yang ada pada kita.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa bersedekah dengan sesuatu senilai satu buah kurma yang diperolehnya dari hasil kerja yang baik, bukan haram dan Allah itu tidak akan menerima kecuali yang baik. Maka, sesungguhnya Allah akan menerima sedekah orang itu dengan tangan kanannya, sebagai kiasan kekuasaanNya, kemudian memperkembangkan pahala sedekah tersebut untuk orang yang melakukannya, sebagaimana seseorang dari engkau semua memperkembangkan anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung, yakni memenuhi lembah gunung karena banyaknya.” (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah r.a.)
Janji Allah SWT dalam Al-Qur’an bahwa Allah akan melipat-gandakan sedekah kita menjadi 700x lipat:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah 2:261)
Sedekah Menjaga Warisan
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang yang bersedekah dengan baik kecuali Allah memelihara kelangsungan warisannya.” (H.R. Ahmad)
Di dalam Surat Al-Kahfi ada kisah tentang perjalanan Nabi Musa AS dengan Khidir. Di dalam kisah tersebut Khidir memperbaiki diding rumah dari dua anak yatim, dan menjelaskan bahwa di bawah dinding tersebut ada harta warisan dari orang tua mereka yang soleh. Khidir memperbaiki dinding tersebut agar harta warisan tersebut tetap pada tempatnya sampai sang anak menjadi dewasa. Demikianlah salah satu contoh bagaimana Allah SWT melindungi warisan seseorang.
Sedekah adalah Naungan kita di hari kiamat
Rasulullah SAW bersabda “Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad)
Dalam hadist lain, Rasulullah SAW pernah bersabda tentang tujuh orang yang diberi naungan oleh Allah SWT pada hari yang mana tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya. Salah satu orang yang diberi naungan pada hari itu adalah orang yang bersedekah dengan tangan kanan, tetapi tangan kirinya tidak mengetahuinya.
Sedekah Menjauhkan diri kita dari api neraka
Rasulullah SAW bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka, walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma.” (Mutafaqalaih)
Allah SWT juga berfirman bahwa salah satu ciri dari orang yang bertaqwa yang akan masuk surga adalah orang yang bersedekah di waktu lapang maupun sempit.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali Imran 3:133-134).
Sedekah Mengurangi kesakitan kita di sakaratul maut
Dalam buku Fiqh-Us-Sunnah karangan Sayyid Sabiq, disebutkan Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sedekah meredakan kemarahan Allah dan menangkal (mengurangi) kepedihan saat maut (Sakratulmaut).”
Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Sedekah dari seorang Muslim menigkatkan (hartanya) dimasa kehidupannya. Dan juga meringankan kepedihan saat maut (Sakratulmaut), dan melauinya (sedekah) Allah menghilangkan perasaan sombong dan egois. (Fiqh-us-Sunnah vol. 3, hal 97)
Sedekah Mengobati orang sakit
Rasulullah SAW bersabda, “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.” (H.R. Ath-Thabrani)
Sedekah untuk janda dan orang miskin diibaratkan seperti orang yang berpuasa terus menerus.
Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka.” (H.R. Bukhari)
Quality adalah lebih baik dari Quantity
Bersedekah satu dolar bisa jadi lebih baik dari pada bersedekah seratus ribu dollar. Jika seseorang hanya memiliki dua dollar kemudian disedekahkannya satu dollar, maka sedekah tersebut adalah lebih baik dari pada sedekah dari seseorang Billioner, tetapi hanya mensedekahkan seratus ribu dollar.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Satu dirham memacu dan mendahului seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu?” Nabi SAW menjawab, “Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersedekah dengannya, dan seorang lagi memiliki harta benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disedekahkannya. (H.R. An-Nasaa’i)
Di bulan Ramadhan yang mulia ini marilah kita perbanyak sedekah kita, berapapun jumlahnya. Jangan sampai kita menunggu kaya raya atau hidup berlebih untuk bersedekah karena hal tersebut adalah bisikan syetan belaka. Terlebih lagi, jangan sampai kita menunggu sampai ruh kita berada di tenggorakan, karena pada saat itu harta kita sudah dipastikan bukan milik kita lagi tetapi sudah menjadi milik ahli waris.
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Sedekah yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi SAW menjawab, “Saat kamu bersedekah hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat, tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga ruhmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (H.R. Bukhari)

Manfaat Bersuci

Manfaat Bersuci

Hikmah dan manfaat bersuci dari najis antara lain adalah :
1. Mendidik manusia agar senantiasa terbiasa hidup bersih.
2. Membuktikan bahwan agama Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi nilai0nilai kebersihan dan kesucian.
3. Bersuci dari najis memiliki peran yang sangat urgen dalam mewujudkan kesehatan, terutama kesehatan badan kita sendiri.
4. Menghilangkan bau busuk atau bau tidak sedap yang menempel pada tubuh atau benda-benda yang lain sehingga ketika berkumpul dengan orang banyak mereka tidak terganggu dengan kehadiran kita.
5. Membentuk jiwa yang senang dan tentram, karena sebetulnya erat hubungannnya antara ketenangan jiwa dengan kebersihan tubuh.
6. Sebagai salah satu sarana untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT, karena sesuai dengan firmanNya dalam Surat Al Baqarah : 222, Bahwa Allah mencintai orang - orang yang bertaubat dan mensucikan diri.
7. Mensucikan diri dari kotoran dan najis memberikan isyarat supaya kita senantiasa berdaya upaya untuk mensucikan diri dari dosa dan dari segala perangai yang keji atau mendorong kita untuk selalu berakhlak mulia.
8. Tata cara bersuci dan juga adab bersuci jika dilaksanakan penuh dengan kesadaran dan kedisiplinan akan menumbuhkan kebiasaan yang sangat baik untuk diri kita sendiri.
9. Hikmah dari bersuci sebagaimana diterangkan dalam hadis Rasulullah SAW "Orang yang disisksa di kubur gara-gara tidak pernah cebok setelah buang air kecil.

Operasi Plastik Menurut Islam

Operasi plastik (plastic surgery) atau dalam bahasa Arab disebut jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang nampak, atau untuk memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas, atau rusak. (Al-Mausu’ah at-Thibbiyah al-Haditsah, 3/454).

        Hukum operasi plastik ada yang mubah dan ada yang haram. Operasi plastik yang mubah adalah yang bertujuan untuk memperbaiki cacat sejak lahir (al-�uyub al-khalqiyyah) seperti bibir sumbing, atau cacat yang datang kemudian (al-�uyub al-thari`ah) akibat kecelakaan, kebakaran, atau semisalnya, seperti wajah yang rusak akibat kebakaran/kecelakaan. (M. Al-Mukhtar asy-Syinqithi, Ahkam Jirahah Al-Thibbiyyah, hal. 183; Fahad bin Abdullah Al-Hazmi, Al-Wajiz fi Ahkam Jirahah Al-Thibbiyyah, hal. 12; Hani` al-Jubair, Al-Dhawabith al-Syar�iyyah li al-�Amaliyyat al-Tajmiiliyyah, hal. 11; Walid bin Rasyid as-Sa�idan, Al-Qawa�id al-Syar�iyah fi al-Masa`il Al-Thibbiyyah, hal. 59).
        Operasi plastik untuk memperbaiki cacat yang demikian ini hukumnya adalah mubah, berdasarkan keumuman dalil yang menganjurkan untuk berobat (al-tadawiy). Nabi SAW bersabda,"Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah menurunkan pula obatnya." (HR Bukhari, no.5246). Nabi SAW bersabda pula,"Wahai hamba-hamba Allah berobatlah kalian, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit, kecuali menurunkan pula obatnya." (HR Tirmidzi, no.1961).
        Adapun operasi plastik yang diharamkan, adalah yang bertujuan semata untuk mempercantik atau memperindah wajah atau tubuh, tanpa ada hajat untuk pengobatan atau memperbaiki suatu cacat. Contohnya, operasi untuk memperindah bentuk hidung, dagu, buah dada, atau operasi untuk menghilangkan kerutan-kerutan tanda tua di wajah, dan sebagainya.
       Dalil keharamannya firman Allah SWT (artinya) : "dan akan aku (syaithan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya". (QS An-Nisaa` : 119). Ayat ini datang sebagai kecaman (dzamm) atas perbuatan syaitan yang selalu mengajak manusia untuk melakukan berbagai perbuatan maksiat, di antaranya adalah mengubah ciptaan Allah (taghyir khalqillah). Operasi plastik untuk mempercantik diri termasuk dalam pengertian mengubah ciptaan Allah, maka hukumnya haram. (M. Al-Mukhtar asy-Syinqithi, Ahkam Jirahah Al-Thibbiyyah, hal. 194).
    Selain itu, terdapat hadis Nabi SAW yang melaknat perempuan yang merenggangkan gigi untuk kecantikan (al-mutafallijat lil husni). (HR Bukhari dan Muslim). Dalam hadis ini terdapat illat keharamannya, yaitu karena untuk mempercantik diri (lil husni). (M. Utsman Syabir, Ahkam Jirahah At-Tajmil fi Al-Fiqh Al-Islami, hal. 37). Imam Nawawi berkata,"Dalam hadis ini ada isyarat bahwa yang haram adalah yang dilakukan untuk mencari kecantikan. Adapun kalau itu diperlukan untuk pengobatan atau karena cacat pada gigi, maka tidak apa-apa." (Imam Nawawi, Syarah Muslim, 7/241). Maka dari itu, operasi plastik untuk mempercantik diri hukumnya adalah haram. Wallahu a�lam [ ]

Keistimewaan Rosulullah

Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang diutuskan sebagai rasul terakhir yang sentiasa menyeru manusia ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat. Di antaranya keistimewaan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang tidak diberikan kepada Nabi-nabi sebelumnya adalah:
1.     Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT iaitu ketika Nabi Adam a.s. masih dalam keadaan antara roh dan jasadnya. (Diriwayatkan oleh Tirmizi).
.
2.     Allah SWT telah menetapkan bahawa semua nabi bermula dari Nabi Adam a.s. sehinggalah ke Nabi Isa a.s., terikat dengan janji bahawa mereka akan beriman dan seterusnya membela atau membantu Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Firman Allah SWT : “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kamu seorang Rasul yang mengesahkan apa yang ada padamu, nescaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” (Surah Ibrahim: 81).
.
3.     Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam diutuskan kepada semua manusia dan jin.Sedangkan Nabi-nabi terdahulu hanya diutuskan kepada kaumnya sahaja. (Diriwayatkan oleh Bukhari)
.
4.     Salasilah atau asal-usul keturunan Baginda Sallallahu Alaihi Wasallam bermula dari Nabi Adam a.s. hinggalah Abdullah bin Abdul Mutalib tidak terdapat seorang pun di antara mereka yang pernah melakukan perbuatan yang tidak senonoh. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan lain-lain).
.
5.     Ketika Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam dilahirkan, Bondanya melihat cahaya memancar menerangi istana-istana megah di Syam. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal).
.
6.     Diampunkan dosanya yang terdahulu dan yang akan datang semasa dia lahir ke dunia lagi. (Diriwayatkan oleh al-Bazzar)
.
7.     Allah SWT memberi nama ‘Ahmad’ (Muhammad) kepada baginda yang berasal dari perkataan ‘hamada’ (puji). Ia merupakan kata akar bagi salah satu sifat Allah iaitu ‘Mahmud’ (Maha Terpuji). Sebelum itu tidak ada seorang pun yang bernama seperti Baginda Sallallahu Alaihi Wasallam. (Diriwayatkan oleh Muslim)
.
8.     Ketika baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam masih kanak-kanak, disaat baginda sedang bermain-main datanglah Malaikat membelah dadanya dan mensucikan hatinya. (Diriwayatkan oleh Muslim dan lain-lain)
.
9.     Pada masa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sedang berjalan di tengah terik panas matahari, terdapat gumpalan awan menaunginya. (Diriwayatkan oleh Abu Naim dan lain-lain).
.
10.  Pernah terjadi ketika Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sedang berjalan dan hendak berteduh di bawah sebuah pokok, tumbuhan itu bergerak mennghampiri Baginda. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi)
.
11.  Apabila Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam berjalan di samping orang bertubuh tinggi, Baginda nampak lebih tinggi. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi).
.
12.  Semasa Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam menerima wahyu pertama di Gua Hira’, Jibril a.s. memeluk Baginda sebanyak 3 kali. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
.
13.  Semua tanah dan tempat di muka bumi ini boleh dijadikan tempat solat. (HR: Bukhari) Nabi-nabi dan ummat terdahulu tidak solat melainkan di tempat-tempat ibadah yang khusus. (Diriwayatkan oleh Ahmad)
.
14.  Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sering lapar di malam hari kerana tidak mempunyai makanan, namun keesokan harinya baginda akan merasa kenyang. Allah SWT juga yang dengan kekuasaan ghaibnya memberi ‘makan-minum’ kepada Baginda Sallallahu Alaihi Wasallam hinggakan baginda tidak merasa lapar atau haus. (Diriwayatkan oleh Muslim).
.
15.  Di waktu malam yang gelap-gelita, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dapat melihat sesuatu dengan jelas dan terang seolah-olah seperti baginda sedang melihatnya di waktu siang. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi).
.
16.  Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dapat melihat sesuatu yang dibelakangnya dengan jelas seolah-olah Baginda melihat dari arah hadapannya. (Diriwayatkan oleh Muslim).
.
17.  Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam hanya tidur dengan mata, sedangkan hatinya tetap tidak tidur. (Diriwayatkan oleh Bukhari).
.
18.  Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah menguap. (Diriwayatkan oleh Abu Syaibah dan lain-lain. Dikemukakan juga oleh Al-Khatabiy).
.
19.  Selama hidup Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah ihtilam (mimpi syahwat) sama seperti para Nabi dan Rasul sebelumnya. (Diriwayatkan oleh Tabrani).
.
20.  Peluh (Keringat) Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sama-sekali tidak berbau. (Diriwayatkan oleh Abu Naim dan lain-lain).
.
21.  Ludah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dapat menjadikan air laut yang masin menjadi tawar. (Diriwayatkan oleh Abu Naim).
.
22.  Suara Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dapat didengar oleh orang yang berada pada jarak yang kebiasaannya susah untuk mendengar. (Diriwayatkan oleh Bukhari).
.
23.  Allah SWT telah menjalankan Baginda pada malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestin. Firman allah di dalam al-Quran: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar, lagi Maha Melihat.” (Surah Al-Israa’: 1)
.
24.  Allah SWT telah menurunkan Malaikat bagi membantu baginda semasa peperangan Badar dan peperangan Hunain. Firman Allah SWT: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Kerana itu bertakwalah kamu kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mu’min: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (Surah Al-Imran: 123-124)
.
25.  Nabi diberi bantuan ketika menghadapi musuh-musuh Islam dengan Allah mencampakkan perasaan takut dalam hati-hati musuh sebelum sampai bertemu tentera-tentera Islam sejauh sebulan perjalanan. (Diriwayatkan oleh Bukhari)
.
26.  Dihalalkan harta rampasan perang (ghanimah) kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sedangkan tidak dihalalkan bagi manusia-manusia sebelum Baginda. (Diriwayatkan oleh Bukhari)
.
27.  Mula-mula syaitan yang bersama Nabi adalah kafir. kemudian Allah membantu Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam dengan Islamnya syaitan tersebut.
.
28.  Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam penutup bagi kenabian. (Diriwayatkan oleh Muslim)
.
29.  Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam diberikan kunci-kunci bumi. (Diriwayatkan oleh Ahmad)
.
30.  Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam diberikan “Jawamiul Kalim”. (Diriwayatkan oleh Muslim) Iaitu kalimah yang ringkas tetapi mengandungi banyak makna.
.
31.  Diberikan Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam ayat-ayat di akhir surah al-Baqarah dari gedung dibawah arasy. (Diriwayatkan oleh an-Nisaei)
.
32.  Ummatnya adalah sebaik-baik Ummat. (Diriwayatkan oleh Ahmad)
.
33.  Diberikan Telaga al-Kauthar kepada Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam dan umatnya di akhirat kelak. (Diriwayatkan oleh al-Bazzar)
.
34.  Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam diberi Syafaat. (HR: Bukhari) Syafaatnya untuk ummatnya bagi orang yang tidak melakukan syirik. (Diriwayatkan oleh Ahmad)
.
35.  Dijadikan saf Ummat Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam seperti saf para malaikat. (Diriwayatkan oleh Muslim.)
.
.

والله أعلم بالصواب

 (Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)